Dalam paruman yang dilaksanakan pada Hari Jumat, 14 Mei 2021 sampai dengan Minggu, 16 Mei 2021 oleh para istri yang berjumlah +/- 300 orang di Desa Gunaksa yang juga selaku pengempon Pura Pusat Maha Semaya Ki Mantri Tutuan, di hadiri oleh Kelihan Gede dan Panitia Karya.
Paruman ini diawali dengan pemaparan singkat oleh Kelihan Gede tentang pelaksanaan kegiatan Upacara Ngeteg Linggih dan rangkaiannya. Dalam paparannya disampaikan bahwa Upacara Ngenteg linggih adalah upacara yadnya atau karya yang ditujukan untuk mengukuhkan kembali kedudukan atau linggih Niyasa tempat suci sebagai pemujaan Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, baik berupa padmasana, sanggah pemerajan ataupun pura setelah selesai dibangun. Upacara Ngenteg Linggih mempunyai makna upacara mensucikan dan mensakralkan “niyasa” tempat memuja Sang Hyang widhi.
Upacara ini berisikan runtutan ritual dari tanah ditemukan, mohon ijin penggunaaan lahan, mecaru, melaspas…. hingga mendem pedagingan atau melinggihkan Ida Bethara dan nyineb. Disimpulkan bahwa Ngenteg Linggih merupakan sebuah prosesi upacara untuk melinggihkan Tuhan beserta manifestasinya di tempat suci tersebut.
Misalkan, untuk merajan keluarga, umat Hindu mengenal istilah sanggah kemulan untuk leluhur, maka yang berstana di sana adalah leluhur keluarga. Atau, jika pura tersebut dibangun oleh desa atau sekelompok masyarakat, maka perlu disepakati terlebih dahulu siapa yang berstana di sana. Contohnya di Pura Dalem, tentu Ista Dewata yang distanakan adalah Bhatari Durga. Jadi sesuai dengan Ista Dewata yang kita kehendakan di bangunan suci itu.
Kemudian Panitia Karya dalam pemaparanya tentang kegiatan Upacara Ngenteg Linggih perlu disepakati juga sebelum melaksanakan upacara Ngenteg Linggih yaitu perihal padewasan atau pemilihan hari baik yang merupakan hal yang sangat krusial dalam budaya Hindu. Dalam pemilihan dewasa (hari baik) ini, terdapat dua hal yang menjadi faktor utama, yaitu sasih dan pawukon. Nantinya, selain menjadi hari baik untuk melaksanakan Ngenteg Linggih, juga akan menjadi hari tetap untuk piodalan selanjutnya di pura tersebut.
Dalam hal ini, sasih yang dianggap baik untuk mengadakan upacara Ngenteg Linggih yakni sasih Kasa, Katiga, Kapat, Kalima, dan Kadasa. Sebaliknya, sasih yang dihindari untuk pelaksanaan upacara Ngenteg Linggih ini yaitu Jyesta Asada, yang dianggap sebagai sasih yang paling tidak bagus dalam setahun kalender Bali. Pelaksanaan Ngenteg Linggih merupakan sesuatu yang wajib dilakukan umat Hindu saat membuat bangunan suci. “Wajib hukumnya bagi umat Hindu, terutama di Bali, untuk melaksanakan upacara Ngenteg Linggih ini.
Karya Agung Mamungkah, Tawur Balik Sumpah, Pajegjeg Jagat, Ngenteg Linggih, Padudusan Agung Miwah Mapeselang Pura Pusat Maha Semaya Ki Mantri Tutuan yang akan dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2022 dimana karya ini merupakan salah satu pelaksanaan upacara paling besar diantara pelaksanaan upacara yang pernah dilaksanakan di Desa Gunaksa, namun dengan berbagai upaya di lakukan salah satunya diawali dengan mengadakan rapat para istri dari krama dadia pengempon Desa Gunaksa untuk merencanakan persiapan berbagai jenis upakara yang perlu disiapkan. Dari pelaksaan paruman para istri dari krama dadia pengempon di Desa Gunaksa, persiapan jenis upakara berupa jejahitan banyak yang bersumber berupa aturan sarana upakara oleh para istri-istri krama pengempon. Dari pemaparan panitia karya kegiatan Karya agung direncanakan mulai turun ngayah pada awal bulan Oktober 2021. Selain sarana upakara bersumber dari krama dadia pengempon di Desa Gunaksa bersumber juga dari seluruh warga Maha Semaya Ki Mantri Tutuan yang berada di luar Desa Gunaksa. Aturan sarana upakara yang tulus iklas ini agar di kumpulkan paling lambat akhir Desember 2021.